Senin, 31 Oktober 2016

LIFE STORY

Nama saya Abdurahman Hanafi saya dari SMP biasa di panggil dengan nama “Pampem”. Saya lahir di sukabumi tepatnya di daerah Jampang yang sampai saat ini belum ngerasain yang namanya jalan memakai aspal, sebelum saya masuk SD saya pindah rumah ke daerah kota Sukabumi tetapi masih wilayah kabupaten, tepatnya di daerah ibu saya di kp.Nangewer RW/RT 05/12 Desa Sukajaya Kabupaten Sukabumi Kecamatan Sukabumi.
            Keluarga saya adalah keluarga yang sederhana yang tak pernah iri melihat keluarga lain yang hidupnya mewah, bapak saya keluaran pesantren yang hanya lulusan PGA, dan ibu saya hanya lulusan SD. Bapak saya selalu menginginkan anak-anaknya ngerasain di dunia pesantren yang niatnya hanya ingin supaya anaknya mandiri, dan tahu tentang agama islam terutama bisa ngaji dan bisa ngedoain orang tuanya.
Bapak saya di dalam kategori cashflow quadran berada dalam wilayah kiri yang hanya sebagai karyawan, karna apa? Karna dari dulu di keluarga saya pernah mempunyai usaha, terutama bapak saya. Tapi dalam usaha bapak saya tidak pernah maju sampai sekarang, contohnya seperti usaha pakaian yang selalu diperjualkannya memakai sistem kredit yang bukan kemauan bapak saya, melainkan kemauan dari konsumennya. Tapi dari sistem kredit itu banyak konsumen yang tidak membayarnya, dikarenakan bapak saya orangnya tidak tegas dan terlalu bijaksana. Pernah bapak saya mau membuka usaha kompeksi yang uang modalnya dari uang pesangon ketika bapak saya di pecat pada Bulan Januari 2016, gara-gara perusahaan menginginkan karyawannya rata-rata mempunyai title S1, saat itu bapak saya mau membuka usaha kompeksi bersama temannya yang bisa di sebut juga saudaranya. Nah, ketika bapak saya mau membeli peralatan kompeksi atau mesin jahit, bapak saya mempercayai ke temannya yang membelinya tapi memakai uang bapak saya, seminggu kemudian tidak ada kabar, bisa dibilang sampai sekarang orang itu menghilang tidak tau kemana. Di situ bapak saya bingung tidak ada kerjaan dan uangnyapun hampir habis ketipu sama temennya. Tetapi tiba-tiba perusahaan yang dulu, menelpon bapak saya menawarkan untuk bekerja lagi di perusahaan lama, karena yang menggantikan posisi bapak saya dipecat gara-gara orangnya tidak jujur, karna bapak saya kerjanya di bagian keuangan, dan sampai sekarang bapak saya masih kerja di perusahaan itu dengan sistem kontrak selama 2tahun saja.
Dari pengalaman keluarga saya terutama bapak saya yang selalu gagal dalam berwirausaha, yang dikatakan bahwa keluarga saya tidak ada yang cocok untuk berwirausaha. Tetapi saya akan membantah omongan itu, dan akan membuktikan bahwa di keluarga saya ada yang bisa berwirausaha. Sebelum saya memulai usaha, saya sering mengikuti Seminar Kewirausahaan yang ada di kampus bahkan saya pernah mengikuti Seminar Kewirausahaan yang diluar kampus yang selalu memakai narasumber muda agar saya termotivasi oleh orang yang masih muda tetapi sudah menjadi Pengusaha. Kenapa saya sering mengikuti seminar kewirausahaan? Karena saya pernah mempunyai usaha di bidang percetakan yang hanya berjalan 2bulan saja, disitu saya merasa putus asa, karena jarang banget orang datang ketempat saya. Tetapi sekarang saya tahu semenjak saya mengikuti seminar kewirausahaan, penyebab saya gagal dalam berwirausaha ternyata saya hanya mengandalkan tekad saya untuk berwirausaha, tidak pernah tahu bagaimana cara berwirausaha, karena saya pernah mendengar “jikalau anda menunggu mental anda sudah siap dalam berwirausahanya, kapan anda akan mulai usahanya”. Di dalam seminar kewirausahaan, pengusaha (pemateri) menjelaskan bagaimana cara berwirausaha. Ternyata mental itu memang penting bagi seorang pengusaha, tapi percuma kalau hanya mengandalkan mental tanpa kita tahu cara untuk berwirausaha, contohnya seperti, kalau gagal harus coba lagi, jangan pernah putus asa, harus tahu strategi pemasarannya. Karena kalau kita hanya mengandalkan mental saja tanpa tahu teorinya, bagaimana kita tahu cara untuk memasarkan, menganalisis pasar, kebutuhan apa yang ada dilingkungan tersebut dll.
Jikalau saya menjadi pengusaha muda “amiiiiiiin”, saya sebagai umat islam insyaallah tidak akan lupa dengan yang namanya sodaqoh, karena buat apa juga kalau kita kaya tapi ibadah tidak ada. Di sebutkan juga dalam hadist Rasulullah SAW. Nabi S.A.W Bersabda kepada zubair bin al-awwam:”Hai Zubair, ketahuilah bahwa kunci rezeki hamba itu di tentang Arasy, yang dikirim oleh Allah aza wajalla kepada setiap hamba sekedar nafkahnya. Maka siapa yang membanyakan pemberian kepada orang lain, niscaya Allah membanyakan baginya. Dan siapa yang menyedikitkan, niscaya Allah menyedikitkan baginya.H.R. ad-Daruquthni dari anas r.a. Dan di perkuat oleh sebuah Firman Allah SWT yang mengatakan, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunianya) lagi maha mengetahui”. (Al Baqarah (2) :261). Nah, di dalam hadist dan alqur’an sudah jelas, buat apa kita mempunyai harta banyak kalau tidak pernah bersodaqoh, tidak akan berguna sama sekali hartanya. Banyak orang yang bilang “saya sering sodaqoh, tapi sampai sekarang harta saya masih segitu malah berkurang” Kenapa? Karena orang tersebut bersodaqoh bukan karena perintah Allah melainkan hanya ingin dilipat gandakan hartanya. Adapun orang yang bersodaqoh karena perintah Allah tapi sampai saat ini hartanya masih segitu, itu bukannya Allah tidak mau melipat gandakan hartanya, melainkan Allah takut dengan apa yang diberikan kepada orang tersebut akan menjadi takabur atau sombong dengan hartanya dan tidak bisa memanfaatkan dengan baik, melainkan Allah akan memberikan dengan balasan diakhirat nanti. Dari itu semualah jika saya menjadi pengusaha akan menyisihkan harta saya untuk bersodaqoh.
Saya orangnya yang menyukai adanya perubahan dalam hidup saya tiap harinya, tetapi perubahan menjadi lebih baik, dan bisa berguna bagi orang lain. Karena di sebutkan juga dalam buku wirausaha “Siapa yang membantu seseorang untuk menyelesaikan kesulitan di dunia, niscaya Tuhan akan melepaskannya dari kesulitan di hari kemudian”. Di dalam buku wirausaha, bahwa seorang wirausaha harus mempunyai Karakteristik yang baik dan menarik. Tapi yang saya rasakan sendiri, saya tidak baik dan tidak menarik, karena yang bisa menilai saya baik atau menarik adalah orang lain. Karena kala saya mengatakan bahwa saya baik dan saya menarik realitanya sebaliknya.
Berani bermimpi itu awal dari kesuksesan, jadi bangkitlah kalian dari mimpi-mimpi dan mengubah mimpi kalian jadi kenyataan. Bermimpi itu boleh saja, karena bermimpi juga tidak membutuhkan biaya, tapi jangan dulu kalian bermimpi setingggi langit yang di katakan sejak masih SD, tapi bermimpilah dulu setinggi langit-langit, karena ketika kita bermimpi setinggi langit, waktu jatuhnya akan terasa sakit. Tapi ketika bermimpi setingi langit-langit tidak akan terasa sakitnya. Kalau mimpi setinggi langit-langit kalian sudah tercapai, maka kalian harus bermimpi setinggi langit.
Banyak mitos yang mengatakan bahwa seorang wirausaha itu harus:
·         Pendidikan harus tinggi
·         IQ harus tinggi
·         Membutuhkan dana besar
·         Memiliki ide yang brilian
·         Berani kejam kepada orang lain
Saya akan melawan semua mitos itu, Saya hanya orang yang sedang mencari ilmu di perguruan tinggi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, yang belum selesai S1 nya, yang mempunyai IQ tidak terlalu tinggi, tidak mempunyai banyak biaya untuk membuka sebuah usaha yang besar, yang hanya memiliki ide minim dalam usaha, bahkan ide-ide saya jadi bahan candaan orang disekitar saya.
            Tapi akan saya buktikan kepada orang-orang untuk menjadi seorang wirausaha itu tidak harus memiliki yang dikatakan mitos tersebut. Mungkin background saya sama usaha yang sedang saya jalani sekarang tidak sinkron , karena background saya dulunya pembalap liar. Tapi sekarang saya berwirausaha di bidang makanan dan saya yang membuatnya, kenapa saya berwirausaha dalam bidang makanan? Karena dalam berwirausaha itu, kerjakan apa yang anda sukai, dan saya adalah orang yang suka memasak. Saya berwirausaha ini awalnya bukan buat mencari uang, tapi hanya sekedar mau belajar berwirausaha, tapi lama-kelamaan saya berubah pikiran, bahwa saya berwirausaha untuk mencari uang, saya mulai berbisnis ini bersama teman kampus saya dan didukung oleh orang tua saya. Teman saya orang yang membiayai modal usaha ini dan keuntungannya di bagi rata, pertama-tama kita memasarkan produk kita di kelas dan sekitar kampus, dan kita melakukan rencana untuk memasarkan ke berbagai tempat seperti toko oleh-oleh dsb. Pertama-tama kita melakukan penelitian di berbagai kalangan mahasiswa, bagaimana tanggapan mereka tentang produk kami, apakah diterima oleh lidah mereka atau tidak. Ketika produk kami diterima oleh kalangan mahasiswa dan sekitarnya, tentu yang kita inginkan adalah memperbanyak produk, tapi dikarenakan modal kita minim, kita harus mencari seorang investor yang akan memperbesar usaha kami dan memperbanyak produk kami. Setelah usaha kami berjalan, tentu kita sebagai warga indonesia tidak akan lupa tentang wajib pajak, kita akan selalu membayar pajak menurut aturannya.
            Prinsip dalam hidup saya adalah “Sedikit Berbicara Banyak Bekerja”. Tapi ada beberapa prinsip dalam sebuah Kepemimpinan.
1.      Memiliki tujuan yang jelas untuk dicapai:
Tentunya kita mempunyai tujuan yang jelas yang ingin kita capai dalam mendirikan usaha ini seperti, ingin hidup mandiri, mempunyai uang dengan keringat sendiri dan tentunya berguna bagi orang lain.

2.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar