Nama saya Abdurahman
Hanafi saya dari SMP biasa di panggil dengan nama “Pampem”. Saya lahir di
sukabumi tepatnya di daerah Jampang yang sampai saat ini belum ngerasain yang
namanya jalan memakai aspal, sebelum saya masuk SD saya pindah rumah ke daerah kota
Sukabumi tetapi masih wilayah kabupaten, tepatnya di daerah ibu saya di
kp.Nangewer RW/RT 05/12 Desa Sukajaya Kabupaten Sukabumi Kecamatan Sukabumi.
Keluarga
saya adalah keluarga yang sederhana yang tak pernah iri melihat keluarga lain
yang hidupnya mewah, bapak saya keluaran pesantren yang hanya lulusan PGA, dan
ibu saya hanya lulusan SD. Bapak saya selalu menginginkan anak-anaknya
ngerasain di dunia pesantren yang niatnya hanya ingin supaya anaknya mandiri,
dan tahu tentang agama islam terutama bisa ngaji dan bisa ngedoain orang
tuanya.
Bapak saya di dalam
kategori cashflow quadran berada dalam wilayah kiri yang hanya sebagai
karyawan, karna apa? Karna dari dulu di keluarga saya pernah mempunyai usaha,
terutama bapak saya. Tapi dalam usaha bapak saya tidak pernah maju sampai
sekarang, contohnya seperti usaha pakaian yang selalu diperjualkannya memakai
sistem kredit yang bukan kemauan bapak saya, melainkan kemauan dari
konsumennya. Tapi dari sistem kredit itu banyak konsumen yang tidak
membayarnya, dikarenakan bapak saya orangnya tidak tegas dan terlalu bijaksana.
Pernah bapak saya mau membuka usaha kompeksi yang uang modalnya dari uang
pesangon ketika bapak saya di pecat pada Bulan Januari 2016, gara-gara
perusahaan menginginkan karyawannya rata-rata mempunyai title S1, saat itu
bapak saya mau membuka usaha kompeksi bersama temannya yang bisa di sebut juga
saudaranya. Nah, ketika bapak saya mau membeli peralatan kompeksi atau mesin
jahit, bapak saya mempercayai ke temannya yang membelinya tapi memakai uang
bapak saya, seminggu kemudian tidak ada kabar, bisa dibilang sampai sekarang
orang itu menghilang tidak tau kemana. Di situ bapak saya bingung tidak ada
kerjaan dan uangnyapun hampir habis ketipu sama temennya. Tetapi tiba-tiba
perusahaan yang dulu, menelpon bapak saya menawarkan untuk bekerja lagi di
perusahaan lama, karena yang menggantikan posisi bapak saya dipecat gara-gara
orangnya tidak jujur, karna bapak saya kerjanya di bagian keuangan, dan sampai
sekarang bapak saya masih kerja di perusahaan itu dengan sistem kontrak selama
2tahun saja.
Dari pengalaman
keluarga saya terutama bapak saya yang selalu gagal dalam berwirausaha, yang
dikatakan bahwa keluarga saya tidak ada yang cocok untuk berwirausaha. Tetapi
saya akan membantah omongan itu, dan akan membuktikan bahwa di keluarga saya
ada yang bisa berwirausaha. Sebelum saya memulai usaha, saya sering mengikuti
Seminar Kewirausahaan yang ada di kampus bahkan saya pernah mengikuti Seminar
Kewirausahaan yang diluar kampus yang selalu memakai narasumber muda agar saya
termotivasi oleh orang yang masih muda tetapi sudah menjadi Pengusaha. Kenapa
saya sering mengikuti seminar kewirausahaan? Karena saya pernah mempunyai usaha
di bidang percetakan yang hanya berjalan 2bulan saja, disitu saya merasa putus
asa, karena jarang banget orang datang ketempat saya. Tetapi sekarang saya tahu
semenjak saya mengikuti seminar kewirausahaan, penyebab saya gagal dalam
berwirausaha ternyata saya hanya mengandalkan tekad saya untuk berwirausaha,
tidak pernah tahu bagaimana cara berwirausaha, karena saya pernah mendengar
“jikalau anda menunggu mental anda sudah siap dalam berwirausahanya, kapan anda
akan mulai usahanya”. Di dalam seminar kewirausahaan, pengusaha (pemateri)
menjelaskan bagaimana cara berwirausaha. Ternyata mental itu memang penting
bagi seorang pengusaha, tapi percuma kalau hanya mengandalkan mental tanpa kita
tahu cara untuk berwirausaha, contohnya seperti, kalau gagal harus coba lagi,
jangan pernah putus asa, harus tahu strategi pemasarannya. Karena kalau kita hanya
mengandalkan mental saja tanpa tahu teorinya, bagaimana kita tahu cara untuk
memasarkan, menganalisis pasar, kebutuhan apa yang ada dilingkungan tersebut
dll.
Jikalau saya menjadi
pengusaha muda “amiiiiiiin”, saya sebagai umat islam insyaallah tidak akan lupa
dengan yang namanya sodaqoh, karena buat apa juga kalau kita kaya tapi ibadah
tidak ada. Di sebutkan juga dalam hadist Rasulullah SAW. Nabi S.A.W Bersabda
kepada zubair bin al-awwam:”Hai Zubair,
ketahuilah bahwa kunci rezeki hamba itu di tentang Arasy, yang dikirim oleh
Allah aza wajalla kepada setiap hamba sekedar nafkahnya. Maka siapa yang
membanyakan pemberian kepada orang lain, niscaya Allah membanyakan baginya. Dan
siapa yang menyedikitkan, niscaya Allah menyedikitkan baginya.” H.R. ad-Daruquthni dari anas r.a. Dan
di perkuat oleh sebuah Firman Allah SWT yang mengatakan, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunianya) lagi
maha mengetahui”. (Al Baqarah (2)
:261). Nah, di dalam hadist dan alqur’an sudah jelas, buat apa kita
mempunyai harta banyak kalau tidak pernah bersodaqoh, tidak akan berguna sama
sekali hartanya. Banyak orang yang bilang “saya sering sodaqoh, tapi sampai
sekarang harta saya masih segitu malah berkurang” Kenapa? Karena orang tersebut
bersodaqoh bukan karena perintah Allah melainkan hanya ingin dilipat gandakan
hartanya. Adapun orang yang bersodaqoh karena perintah Allah tapi sampai saat
ini hartanya masih segitu, itu bukannya Allah tidak mau melipat gandakan
hartanya, melainkan Allah takut dengan apa yang diberikan kepada orang tersebut
akan menjadi takabur atau sombong dengan hartanya dan tidak bisa memanfaatkan
dengan baik, melainkan Allah akan memberikan dengan balasan diakhirat nanti.
Dari itu semualah jika saya menjadi pengusaha akan menyisihkan harta saya untuk
bersodaqoh.
Saya orangnya yang
menyukai adanya perubahan dalam hidup saya tiap harinya, tetapi perubahan
menjadi lebih baik, dan bisa berguna bagi orang lain. Karena di sebutkan juga
dalam buku wirausaha “Siapa yang membantu seseorang untuk menyelesaikan
kesulitan di dunia, niscaya Tuhan akan melepaskannya dari kesulitan di hari
kemudian”. Di dalam buku wirausaha, bahwa seorang wirausaha harus mempunyai Karakteristik yang baik dan menarik.
Tapi yang saya rasakan sendiri, saya tidak baik dan tidak menarik, karena yang
bisa menilai saya baik atau menarik adalah orang lain. Karena kala saya
mengatakan bahwa saya baik dan saya menarik realitanya sebaliknya.
Berani bermimpi itu
awal dari kesuksesan, jadi bangkitlah kalian dari mimpi-mimpi dan mengubah
mimpi kalian jadi kenyataan. Bermimpi itu boleh saja, karena bermimpi juga
tidak membutuhkan biaya, tapi jangan dulu kalian bermimpi setingggi langit yang
di katakan sejak masih SD, tapi bermimpilah dulu setinggi langit-langit, karena
ketika kita bermimpi setinggi langit, waktu jatuhnya akan terasa sakit. Tapi
ketika bermimpi setingi langit-langit tidak akan terasa sakitnya. Kalau mimpi
setinggi langit-langit kalian sudah tercapai, maka kalian harus bermimpi
setinggi langit.
Banyak mitos yang
mengatakan bahwa seorang wirausaha itu harus:
·
Pendidikan harus
tinggi
·
IQ harus tinggi
·
Membutuhkan dana
besar
·
Memiliki ide
yang brilian
·
Berani kejam
kepada orang lain
Saya akan melawan semua mitos itu, Saya hanya orang
yang sedang mencari ilmu di perguruan tinggi UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
yang belum selesai S1 nya, yang mempunyai IQ tidak terlalu tinggi, tidak
mempunyai banyak biaya untuk membuka sebuah usaha yang besar, yang hanya
memiliki ide minim dalam usaha, bahkan ide-ide saya jadi bahan candaan orang
disekitar saya.
Tapi
akan saya buktikan kepada orang-orang untuk menjadi seorang wirausaha itu tidak
harus memiliki yang dikatakan mitos tersebut. Mungkin background saya sama
usaha yang sedang saya jalani sekarang tidak sinkron , karena background saya
dulunya pembalap liar. Tapi sekarang saya berwirausaha di bidang makanan dan
saya yang membuatnya, kenapa saya berwirausaha dalam bidang makanan? Karena
dalam berwirausaha itu, kerjakan apa yang anda sukai, dan saya adalah orang
yang suka memasak. Saya berwirausaha ini awalnya bukan buat mencari uang, tapi
hanya sekedar mau belajar berwirausaha, tapi lama-kelamaan saya berubah
pikiran, bahwa saya berwirausaha untuk mencari uang, saya mulai berbisnis ini
bersama teman kampus saya dan didukung oleh orang tua saya. Teman saya orang
yang membiayai modal usaha ini dan keuntungannya di bagi rata, pertama-tama
kita memasarkan produk kita di kelas dan sekitar kampus, dan kita melakukan
rencana untuk memasarkan ke berbagai tempat seperti toko oleh-oleh dsb.
Pertama-tama kita melakukan penelitian di berbagai kalangan mahasiswa,
bagaimana tanggapan mereka tentang produk kami, apakah diterima oleh lidah
mereka atau tidak. Ketika produk kami diterima oleh kalangan mahasiswa dan
sekitarnya, tentu yang kita inginkan adalah memperbanyak produk, tapi
dikarenakan modal kita minim, kita harus mencari seorang investor yang akan
memperbesar usaha kami dan memperbanyak produk kami. Setelah usaha kami
berjalan, tentu kita sebagai warga indonesia tidak akan lupa tentang wajib
pajak, kita akan selalu membayar pajak menurut aturannya.
Prinsip
dalam hidup saya adalah “Sedikit
Berbicara Banyak Bekerja”. Tapi ada beberapa prinsip dalam sebuah
Kepemimpinan.
1. Memiliki
tujuan yang jelas untuk dicapai:
Tentunya kita mempunyai tujuan yang jelas yang ingin
kita capai dalam mendirikan usaha ini seperti, ingin hidup mandiri, mempunyai
uang dengan keringat sendiri dan tentunya berguna bagi orang lain.
2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar